Jumat, 09 Oktober 2015

Sejarah Singkat Berdirinya Pertamina

Pada tahun 1945, Jepang, dengan disaksikan pihak Sekutu, menyerahkan Tambang Minyak Sumatera Utara kepada Indonesia. Daerah perminyakan ini adalah bekas daerah konsesi BPM sebelum Perang Dunia Kedua. Pada masa revolusi fisik, tambang minyak ini hancur total. Lapangan-lapangan minyak di daerah lain di Indonesia dapat dikuasai kembali oleh Belanda dan pihak asing berdasarkan hak konsesi, namun lapangan minyak di Sumatera Utara dan Aceh dapat dipertahankan bangsa Indonesia.
Semenjak kedaulatan Republik Indonesia diakui pada Desember 1949, hingga akhir 1953 Pemerintah masih ragu apakah akan mengembalikan Tambang Minyak Sumatera Utara kepada BPM atau dikuasai sendiri. Penunjukkan ‘koordinator’ untuk pertambangan oleh Menteri Perekonomian pada tahun 1954 belum membawa perbaikan.
Pada bulan Oktober 1957, Kepala Staf TNI Angkatan Darat pada waktu itu Jenderal A.H. Nasution menunjuk Kolonel Dr. Ibnu Sutowo untuk membentuk Perusahaan Minyak yang berstatus hukum Perseroan Terbatas. Pada tanggal 10 Desember 1957 didirikan P.T. Pertambangan Minyak Nasional Indonesia (P.T. PERMINA) dengan Kol.Dr. Ibnu Sutowo sebagai Presiden Direktur.
Berdasarkan UU No 19 tahun 1960 tentang perusahaan negara, P.T Permina sebagai Perseroan Terbatas menjadi Perusahaan Negara dengan anggota-anggota Direksi waktu itu adalah :
Kol. Dr. Ibnu Sutowo , sebagai Presiden Direkturb
Let.Kol.S.M. Geudong, sebagai Direktur,
Let.Kol.J.M Pattiasina, sebagai Direktur.
Kronologi Sejarah Minyak dan Gas Bumi di Indonesia
1871
Usaha pertama pengeboran minyak di Indonesia, dilakukan di Cirebon. Karena hasilnya sedikit, kemudian ditutup.
1883
Konsesi pertama pengusahaan minyak diserahkan Sultan Langkat kepada Aeilko J. Zijlker untuk daerah Telaga Said dekat Pangkalan Brandan.
1885
Produksi pertama Telaga Said, yang kemudian diusahakan oleh "Royal Dutch"
1890
Dibentuk "Koninklijke" untuk mengusahakan minyak di Sumatera Utara.
1892
Kilang minyak di Pangkalan Brandan yang dibangun "Royal Dutch" mulai berjalan.
1898
Kilang minyak Balikpapan mulai berjalan.
1899
Lapangan minyak Perlak, konsesi baru dari "Koninklijke" mulai menghasilkan.
1900
Kilang minyak Plaju mulai bekerja.
1901
Saluran pipa Perlak – Pangkalan Brandan selesai dibangun.
1907
‘Koninklijke’ dan ‘Shell Transport and Trading Company’ bergabung membentuk BPM.
1907
Royal Dutch menyerahkan konsesi-konsesinya di Indonesia kepada BPM.
1911
Sejak tahun ini BPM mengusahakan daerah-daerah minyak sekitar Cepu. Instalasi minyak berkapasitas kecil dibangun.
1912
Dibentuk NKPM sebuah subsidiary dari "Standard oil Company of New Jersey", pada tahun 1948 nama NKPM menjadi STANVAC.
1916
STANVAC menemukan minyak di Daerah Talang Akar, Pendopo (Sumsel).
1920
BPM memperoleh kontrak untuk mengusahakan daerah jambi, dibentuk NIAM, dengan modal 50/50 antara BPM dengan Hindia Belanda. Manajemen berada di tangan BPM.
1923
NIAm Jambi menghasilkan produksi untuk pertama kali.
1926
Kilang minyak STANVAC di Sungai Gerong selesai dibangun, mulai berproduksi dalam rangka produksi keseluruhan Indonesia.
1931
‘Standard Oil Company of California’ membentuk subsidiary yang setelah PD II bernama CALTEX. Pencarian minyak mulai diintensifkan.
1935
Saluran pipa dari jambi ke BPM di Plaju selesai dibangun.
NNGPM suatu perseroan yang terdiri dari saham BPM (40%), STANVAC (40%) dan Far Pacific Investment Company (20%), mulai beroperasi di Irian Barat.
1936
Konsesi yang bernama "Kontrak 5A" untuk daerah di Sumatera Tengah diberikan kepada CALTEX. (termasuk lapangan MINAS).
1941
Pecah perang di Asia Tenggara, penghancuran dan penutupan sumur minyak bumi.
1944
Tentara pendudukan Jepang yang berusaha membangun kembali instalasi minyak menemukan MINAS.
1945
Lapangan minyak sekitar P. Brandan (ex konsesi BPM) diserahkan pihak Jepang atas nama sekutu kepada Bangsa Indonesia. Perusahaan ini diberi nama PTMNRI.
1946/ 1947
Jepang mundur, sejak pertengahan tahun 1946 sampai Agustus 1947 lapangan-lapangan minyak STANVAC dikuasai PERMIRI.
1948
STANVAC kembali mencapai tingkat produksi tertinggi sebelum perang.
1949
CALTEX kembali mengusahakan lapangan minyak di Sumatera Tengah. Konsesi BPM Cepu yang dikuasai PTMN dikembalikan kepada BPM akibat KMB, PTMN dibubarkan.
1951
PTMRI diakui sah oleh pemerintah RI dan diganti menjadi P.N PERMIGAN.
1952
CALTEX mulai mengekspor minyak dari lapangan MINAS.
1954
Pemerintah RI mengangkat seorang koordinator untuk Tambang Minyak Sumut dan PTMNRI dirubah menjadi TMSU.
1957
Awal Oktober 1957 K.S.A.D (pelaksana SOB) menunjuk KO. Dr. Ibnu Sutowo untuk membentuk sebuah perusahaan minyak yang berstatus hukum. Tanggal 10 Desember 1957 P.T. PERMINA didirikan, dan disahkan dengan Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI No. J.A. 5/32/11 tanggal 3 April 1958.
1958
Bulan Juni PT PERMINA mengekspor minyak mentah untuk pertama kali, dan disusul yang kedua pada Agustus berikutnya. PT PERMINA mengadakan perjanjian kerjasama dengan perusahaan minyak Jepang NOSODECO. Kredit diangsur kembali dalam bentuk minyak mentah. PT PERMINA membuka perwakilan di Tokyo.
1959
NIAM menjadi PN PERMINDO. BPM/SHELL memulai proyek Tanjung di Kalimantan.
1960
BPM di Indonesia dilikuidasi dan sebagai ganti dibentuk PT SHELL INDONESIA. Dengan diundangkannya UU Minyak dan Gas Bumi No. 44 tahun 1960, tanggal 26 Oktober 1960, seluruh pengusahaan minyak di Indonesia dilaksanakan oleh Negara. Permindo mulai dengan organisasi perniagaan sendiri sesuai sifat perusahaan Semi Pemerintah, walaupun administrasi perniagaan masih diatur SHELL.
1961
Pemerintah RI mengambil alih saham SHELL dalam PERMINDO. PERMINDO dilIkuidasi dan dibentuk PN Pertambangan Minyak Indonesia disingkat PERTAMIN. Dengan PP No. 198 tahun 1961 didirikan Perusahaan Negara dengan nama PN Pertambangan Minyak Nasional, disingkat PN PERMINA dan PT PERMINA dilebur ke dalamnya.
1962
Indonesia bergabung menjadi anggota OPEC
1964
Pemerintah RI/PN PERMINA mengambil alih semua aktivitas NNGPM dengan membeli perusahaan tersebut.
1965
Tanggal 31 Desember 1965 Pemerintah RI membeli PT SHELL INDONESIA dengan harga US$ 110 juta. Unit-unit ex SHELL dimasukkan dalam organisasi PN PERMINA.
1966
Dengan Surat Keputusan Menteri Pertambangan No. 124/M/MIGAS tanggal 24 Maret 1966 organisasi PERMINA dibagi dalam 5 unit Operasi Daerah Produksi dengan kantor pusat di Jakarta.
1967
Konsep Kontrak Production Sharing (KPS) mulai diperkenalkan.
1968
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1968 tanggal 20 Agustus 1968 PN PERMINA dan PN PERTAMIN dilebur menjadi satu Perusahaan Negara dengan nama PN Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional, disingkat PN Pertamina.
Sumber: Perkembangan P.N. PERTAMINA Hingga Akhir 1968 , hal 13-17.
5 (lima) Unit Operasi Daerah Produksi :
Unit
Wilayah
Kantor
I
II
III
IV
V
Sumatera Utara dan Aceh
Jambi, Sumatera Selatan dan lampung
Jawa dan Madura
Kalimantan, Tarakan, Bunyu
Indonesia Bagian Timur (Sulawesi, Maluku dan Irian Barat)
Pangkalan Brandan
Plaju
Jakarta
Balikpapan
Sorong.
Beberapa Data Pokok tentang Pertamina:

  • Jenis Perusahaan : Milik Negara
  • Akhir tahun fiskal (Fiscal Year-End) : Maret
  • Penjualan tahun 1998 (juta) : $14,811.7
  • Pertumbuhan penjualan setahun (1-Yr. Sales Growth) : (23.2%)
  • Jumlah pegawai tahun 1998 : 33,431
  • Presiden Direktur : Martiono Hadianto
  • Direktur eksplorasi dan produksi : Priyambodo Mulyosudirjo
  • Alamat: Medan Merdeka Timur #1, Jakarta, Indonesia
  • Telp : +62-21-3815-111
  • Fax: +62-21-384-3882

Sabtu, 31 Januari 2015

Efek Rumah Kaca

Efek Rumah Kaca

efek rumah kaca

Jika bukan karena gas rumah kaca memerangkap panas di atmosfer, bumi akan menjadi tempat yang sangat dingin. Gas rumah kaca membuat Bumi tetap hangat melalui proses yang disebut efek rumah kaca.
Bumi mendapat energi dari matahari dalam bentuk sinar matahari. Permukaan bumi menyerap sebagian energi ini dan memanas. Itu sebabnya permukaan jalan masih terasa panas setelah matahari telah terbenam-ini karena telah menyerap banyak energi dari matahari. Bumi mendingin dengan melepaskan bentuk energi yang berbeda, yang disebut radiasi inframerah. Tapi sebelum semua radiasi ini dapat melarikan diri ke luar angkasa, gas rumah kaca di atmosfer menyerap sebagian, yang membuat keadaan lebih hangat. sebagian atmosfer akan lebih hangat, itu membuat permukaan bumi lebih hangat juga.

Mengapa disebut efek Rumah Kaca?

Sebuah rumah kaca adalah bangunan yang terbuat dari kaca yang memungkinkan sinar matahari untuk masuk tetapi menahan panas didalamnya, maksudnya saat sinar matahari masuk secara bersamaan juga membawa masuk panas akan tetapi saat sinar matahari menghilang, panasnya akan terperangkap didalam bangunan itu, sehingga bangunan tetap hangat bahkan ketika itu dingin di luar. Hal ini sama seperti gas di atmosfer bumi juga membiarkan cahaya tetapi memerangkap panas, banyak orang menyebut fenomena ini "efek rumah kaca." Efek rumah kaca bekerja agak berbeda dari kaca yang sebenarnya, tapi sifatnya yang menahan, itulah acuan kita dalam menggunakan nama itu.

Memahami pemanasan global dan efek rumah kaca

pemanasan global efek rumah kacaefek rumah kaca gambar


Bumi dikelilingi oleh penutup gas yang disebut atmosfer.

  1.  Pembakaran bahan bakar
  2.  Industri Energi
  3.  Industri manufaktur dan konstruksi 
  4. Transportasi Kendaraan dan mobil 
  5. Emisi dari bahan bakar Buronan 
  6. Pembakaran bahan bakar padat 
  7. Penggunaan minyak dan gas bumi 
  8. Produk mineral 
  9. Industri kimia 
  10. Produksi Logam 
  11. Produksi halocarbons dan sulfur heksafluorida 
  12. Konsumsi halocarbons dan sulfur heksafluorida 
  13. Pelarut dan penggunaan produk lainnya 
  14. fermentasi enterik 


mungkin itu saja untuk postingan saya kali ini yang berjudul efek rumah kaca

Jumat, 30 Januari 2015

Mengunjungi The Black Gate of Trier di Jerman

Ambil tur The Black Gate of Trier di Jerman - bagian dari dunia Greatest Atraksi seri oleh GeoBeats. Sebuah Roman gerbang kota gaya luas berdiri di tanah Jerman di Trier. Ini adalah Porta Nigra, yang dalam bahasa Inggris berarti 'gerbang hitam', dan yang populer disebut 'Porta' oleh penduduk setempat. Dibangun pada akhir abad ke-2, nama itu diambil  karena warna hitam pada batu bangunan itu.

ArticleCity.com